Perkembangan Manajemen mutu Modern
Masa pertama (70-an)
1. Pasar berkembang dengan pesat
2. konsumen semakin kritis terhadap produk
3. SDM murah dan berlimpah, tetapi sedikit sekali tingkat kualitasnya.
4. kepercayaan bahwa sukses dengan produk yang dieprbaiki dapat
memperbaiki kelambanan operasional tradisional
5. Mananjemen lebih mengutamakan peningkatan penjualan daripada penguranagan biaya.
Situasi baru (200-an)
1. peningkatan tajam biaya material, energi dan karyawan.
2. sarana produksi yang melebihi kapasitas
3. Peningkatan persaingan antar perusahaan dengan pasar yang jenuh
4. Perubahan nilai pelanggan yang menuntut mutu yang lebih baik.
5. Kecenderungan untuk lebih cepat yang memperkenalkan produk baru
6. Kecenderungan untuk menurunkan titik inpas
Tahapan manajemen kualitas
- Inspeksi (Inspection)
Konsep mutu modern dimulai pada tahun 1920-an kelompok mutu utama adalah inspector yang mengukur hasil produksi berdasarkan spesifikasi kemudian melapor ke pabrik. Tokohnya : Walter A.sewhart (1924), H.P.Dodge & H.G. Romig (1920).
- Pengendalian mutu (Quality Control)
Tahun 1940-an kelompok inspeksi berkembang manjadi pengendalian mutu yang pertama berkembang di dunia militer, dimana tanggungjawab mutu dialihkan kebagian QC yang independent dan dibekali dengan perangkat statistic seperti diagram kendali dan penarikan sample. Tokohnya : Feigenbaum (1983) dengan total quality control (1960) yang berkembang menjadi konsep total quality control organizationwide (1970) dan kemudian menjadi konsep total quality system.
- Pemastian mutu (Quality Assurance)
Rekomendasi dari statistic sering tidak dilayani strruktur pengambilan keputusan. Sehingga pengedalian mutu berkembang menjadi pemastian mutu yang bertugas : memastikan proses dan mutu produk melaui audit operasi,pelatihan, nails kinerja teknis dan petunjuk operasi untuk peningkatan mutu.
- Manajemen mutu (Quality Management)
Pemastian mutu bekerja berdasarkan status quo sehingga upaya yang dilakukan hanyalah memastikan pelaksnaan pengendalian mutu, tetapi sangat sedikit pengaruh untuk meningkatkannya. Karena itu untuk mengantisipasi persaingan, aspek mutu perlu selalu dievaluasi dan direncanaklan perbaikannya melalui penerapan fungsi manajemen mutu.
- Manajemen mutu terpadu (Total Quality Management)
Dalam mnajamen mutu ternyata bukan hanya fungsi produksi yang mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap mutu dan tanggungjawab mutu tidak cukup hanya dibebankan kepada bagian tertentu, teapi menjadi tangungjawab seluruh individu diperusahaan.
W. Edwards Demings (Filosofi Deming’s 14 Points) :
1. Rumuskan dan umumkan kepada semua karyawan, maksud dan tujuan organisasi
2. mempelajari dan melaksnakan filosofi baru, baik oleh manajer maupun karyawan.
3. memahami tujuan inspeksi yaitu untuk memperbaiki proses dan mengurangi biaya.
4. mengakhiri praktik bisnis yang menggunakan perngahargaan berdasarkan angka atau uang saja.
5. memperbaiki secara konstan dan continue, kapanpun system produksi dan pelayanan.
6. membudayakan dan melembagakan pendidikan dan pelatihan.
7. mengajarkan dan melembagkan kepemimpinan.
8. menjauhkan rasa ketakutan.Ciptakan kepercayaan.Ciptakan iklim yang mendukung inovasi.
9. Mengoptimalkan tujuan perusahaan,tim,atau kelompok.
10. Menghilangkan desakan atau tekanan-tekanan yang menghambat perkembangan karyawan.
11. Menghilangkan kuota berdasarkan angka-angka,tetapi secara terus-menerus melembagakan metode perbaikan.Menghilangkan manajemen berdasarkan sasaran ( management by objective ),tetapi mempelajari kemampuan proses dan bagaimana memperbaikinya.
12. Menghilangkan hambatan yang membuat karyawan tidak merasa bangga akan pekerjaan atau tugasnya.
13. Mendukung pendidikan dan perbaikan atau peningkatan prestasi setiap orang.
14. Melaksanakan tindakan atau kegiatan untuk mencapai semua tujuan atau sasaran itu.
Model Manajemen mutu Philip B. Crosby.
Memperkenalkan empat dimensi manajemen mutu :
- Mutu : kesesuaian dengan kebutuhan.
- System pencapaian mutu : pendekatan rasional untuk mencegah cacat atau kesalahan.
- Standar performansi : standar performansi perusahaan atau organisasi yang mempunyai orientasi mutu adalah tidak ada kesalahan (zero defect)
- Pengukuran : pengukuran performansi yang digunkaan adalah biaya mutu (biaya pemuangan dan pekerjaan ulang produk cacat, biaya persediaan, biaya inspeksi dan pengujian)
Selain memperkenalkan 14 langkah perbaikan mutu :
· Komitmen manajemen
· Tim perbaikan mutu
· Pengukuran mutu
· Biaya evaluasi mutu
· Kesadaran mutu
· Tindakan koreksi
· Dewan insidentil untuk program pencegahan cacat (zero depect)
· Pelatihan bagi supervise.
· Hari-hari yang bebas cacat (zero depect day)
· Menyusun sasaran atau tujuan
· Kesalahan mengebabkan adanya perubahan.
· Pengenalan
· Dewan mutu
· Kerjakan semua itu secara berulang
Joseph M. juran, Ph.D
Memperkenalkan tiga proses mutu ( trilogy Juran) yang meliputi :
1. perencanaan mutu Quality planning) :
§ identifikasi pelanggan.
§ Menentukan kebutuhan pelanggan.
§ Mengembangkan karakteristik produk
§ Menyusun sasaran mutu
§ Mengembangkan proses mewnghasil produk sesuai karakteristik.
2. pengendalian mutu (Quality control) :
· memilih subjek atau dasar pengendalian.
· Memilih unit pengukuran
· Menyusun pengukuran
· Menyusun standar performansi
· Mengukur performansi yang sesungguhnya.
· Menginterretasikan perbedaan antara standar dengan data nyat
· Mengambil tindakan atas perbedaan tersebut.
- Perbaikan atau peningkatan mutu (Quality Improvement) :
· peningkatan kebutuhan untuk mengadakan perbaikan
· mengidentifikasikan proyek-proyek perbaikan khusus
· mengorganisisr proyek
· mengorganisisr untuk mengdiagnosi penyebab kesalahan
· menemukan penyebab kesalahan
· mengadakan perbaikan-perbaikan.
· Peruses yang telah dieprbaiki ada dalam kondisi operasional yang efektif
· Menyediakan pengedalian untuk mempertahankan perbaikan atau peningkatan yang telah dicapai.
8 perspektif mutu menurut David A Garvin
- Performance : kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu sendiri atau karakteristik operasi dari suatu produk.
- Feature : cirri khas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan karkateristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan baik bagi pelanggan.
- Reliability : kepercayaan pelanggan terhadap produk karena kehandalannya atau karena kemungkinan rusaknya rendah.
- Conformance : keseuaian produk dengan syarat atau ukuran tertentu atau sejauhmana karakteristik desain dan operasi memmenuhi standar yang telah ditetapkan.
- Durability : tingkat keawetan produk atau lama umur produk.
- Serviceability : kemudhaan produk itu bila akan diperbaiki atau kemudhaan memperoleh komponen produk tersebut.
- Aesthetic : keindhaan atau daya tarik produk tersebut.
- Perception : fanatisme konsumen akan merek suatu produk tertentu karena citra atau reputasi produk itu sendiri
FISHBONE DIAGRAM (ISHIKAWA DIAGRAM)
Diagram Ishikawa (disebut juga diagram tulang ikan atau diagram sebab-akibat) adalah diagram yang menunjukkan penyebab peristiwa tertentu. umum yang menggunakan diagram Ishikawa adalah untuk desain produk, kontrol kualitas dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor potensial yang menyebabkan efek keseluruhan. Setiap penyebab atau alasan ketidaksempurnaan merupakan sumber dari permasalahan. Penyebab umumnya dikelompokkan ke dalam kategori utama untuk mengidentifikasi sumber-sumber masalahnya. Kategori biasanya meliputi:
· Manusia : Siapa saja yang terlibat dengan proses
· Metode : Bagaimana proses yang dilakukan dan persyaratan khusus untuk melakukannya, seperti kebijakan, prosedur, aturan, peraturan dan hukum
· Mesin: Peralatan, komputer, peralatan dan lain-lain yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
· Material : bahan baku, suku cadang, pena, kertas, dll yang digunakan untuk menghasilkan produk akhir
· Pengukuran: Data yang dihasilkan dari proses yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas
· Lingkungan: Kondisi, seperti lokasi, waktu, suhu, dan budaya di mana proses tersebut beroperasi.
Diagram Ishikawa berbentuk fishbone yang menunjukkan faktor Peralatan, Proses, Manusia, Bahan, Lingkungan dan Manajemen. Itu semua merupakan masalah yang mempengaruhi keseluruhan. Panah kecil menghubungkan sub-penyebab penyebab utama. Ishikawa diagram yang diajukan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1960. Ia mempelopori proses manajemen mutu di galangan kapal Kawasaki, dan merupakan salah satu pencetus teori manajemen modern. Diagram Ishikawa pertama kali digunakan pada tahun 1960, dan dianggap sebagai salah satu dari tujuh alat dasar kontrol kualitas. Diagram ini dikenal sebagai diagram fishbone karena bentuknya mirip dengan kerangka dasar ikan.
Sebab-Akibat
Sebab dalam diagram seringkali disebut dengan 4 M yang akan dijelaskan di bawah ini. Diagram Sebab-akibat dapat mengungkapkan hubungan penting dalam sebuah variabel dan penyebab yang mungkin memberikan informasi tambahan ke dalam perilaku proses.Penyebab dapat diturunkan atau di “brainstorming” dimasukan dalam label kategori tulang ikan tersebut. Teknik untuk membuatnya dengan pertanyaan “mengapa?”
Kategori dan tipe umum diagram sebab-akibat ini adalah:
4 M (digunakan dalam manufaktur)
•Machine (Mesin/teknologi)
• Method (proses / inspeksi)
• Material (Bahan baku, bahan habis pakai dll)
• Man power (Tenaga kerja fisik / Pikiran (kerja otak): Kaizens, Saran
8 P (digunakan dalam industri jasa)
• Product/Service (Layanan)
• Price (Harga)
• Place (Tempat)
• Promotion (Promosi)
• People (Orang)
• Process (Proses)
• Physical Evidence ( Bukti)
• Productivity & Quality (Produktivitas dan kualitas)
4 S (digunakan dalam industri jasa)
• Surroundings (Terdekat)
• Suppliers (Pemasok)
• Systems (Sistem)
• Skills (Keterampilan)
M yang lain
• Mother Nature /Environment (Lingkungan)
• Measurement /Inspection (Pengukuran)
• Maintenance (Pemeliharaan)
• Money Power (Uang)
• Management (Manajemen)
KONSEP TOTAL QUALITY MANAGEMENT.
Tujuan utama : terjadi perubahan culture baru perusahaan antara lain :
· Dari kerahasiaan menjadi komunikasi terbuka antar seluruh anggota organisasi.
· Dari pengendaliaan menjadi pemberdayaan
· Dari inspeksi menjadi pencegahan
· Dari focus internal menajdi focus eksternal
· Dari biaya dan penjadwalan menjadi keseusian terhadap mutu
· Dari stabilitas menjadi perubahan dan perbaikan secara terus mnerus.
· Dari hubungan yang tadinya sifatnya persiangan menjadi hubungan
kerjasama.
· Dari pengalokasian dan melemparkan hal-hal yang tidak diketahui menjadi
penyelesian sampai keakar-akarnya.
ELEMEN KRITIS TQM :
· Kepemimpinanan dan komitmen (leadership & comitment)
· Keterlibatan seluruh karyawan (full employee involvement)
· Perencanaan yang baik (good planing)
· Strategi pelaksanaan (implementation startegy)
· Pengukuran dan evaluasi (measurement & evaluation)
· Pengendalian dan perbaikan (control & improvement)
· Mencapai dan mempertahankan standar kesempurnaan. (achieving
&maintaining standard of excellence)
HAMBATAN DALAM PENERAPAN TQM
· Bila filosofi dipandang sebagai suatu kegiatan yang membutuhkan waktu.
· Bila filosofi TQM diterapkan dalam suatu lingkungan yang birokratis
· Bila filosofi TQM dipandang sebagai suatu program yang dilaksanakan
secara formal.
· Bila filosofi TQM dilaksanakan secara kaku
· Bila filosofi TQM dipandang tidak berhubungan dengan orang atau personil
· Bila filosofi TQM dipnadang sebagi hanya dilakukan untuk sekelompok orang
ahli atau spesialis.
TQM pada industri jasa :
Konsep dasar TQM :
1. Mempfokuskan pada produk dan pelanggan.
2. Kepemimpinan dalam organisasi jasa yang mendukung pelaksanaan filosofi
TQM.
3. Budaya organisasi
4. Komunikasi yang efektif antar seluruh personil dalam organisasi maupun
antara para personil organisasi dengan pelanggan.
5. Pengetahuan dan keahlian karyawan dalam melaksanakan filosofi TQM.
6. Tanggungjwab para karyawan
7. Manajemen berdasarkan pada data dan fakta
8. Sudut pnadangan jangka panjang.
Teknik-teknik dalam TQM :
1. Pengendalian proses secara statistik
2. Penyelesaian maslah secara struktur
3. Perbaikan secara terus menerus dan berkesinambungan
4. Manajemn mutu
5. Perencanaan mutu
Langkah-langkah untuk melaksanakan TQM :
1. Mengadakan penilaian dan perencanaan mengenai kemungkinan penErApan
filosofi TQM.
2. Penerpan dan pengorganisasian filosofi TQM dalam orgnaisiasi jasa
3. Perubahan budyaa (dari yang berorientasi standar menjadi berorientasi mutu)
4. Sistem pemberian upah dan pernghargaan.
5. Pengembangan kepemimpinan
6. Membangun tim
7. Melaksankan system penyewaan maupun promosi untuk meningkatkan
performansi organisasi
8. Kesipan manajemen
9. Teknik analisisPendidikan dan latihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar