Kamis, 02 Juni 2011

Biaya Pengendalian Kualitas

Biaya kualitas merupakan biaya-biaya yang timbul karena kualitas buruk mungkin dan memang ada. Biaya kualitas berkaitan dengan dua subkategori dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan kualitas yaituaktivitas kontrol dan aktivitas gagal.
            Aktivitas kontrol adalah aktivitas yang dilakukan oleh sebuah organisasi untuk menghindari atau mendeteksi kualitas buruk. Jadi aktivitas kontrol terdiri dari aktivitas pencegahan dan aktivitas penilaian. Dan biaya kontrol adalah biaya yang ditimbulkan akibat dari dilakukannya aktivitas kontrol.
            Aktivitas gagal adalah aktivitas yang dilakukan oleh sebuah organisasi atau pelanggannya dalam menanggapi kualitas buruk. Dalam menanggapi kualitas yang muncul sebelum pengiriman suatu produk yang jelek ke pelanggan, aktivitas ini diklasifikasikan sebagai aktivitas gagal internal, jika tidak demikian maka aktivitas tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas gagal eksternal. Biaya kegagalan adalah biaya yang dikeluarkan atau dimunculkan oleh sebuah organisasi karena dilakukannya aktivitas gagal. Definisi-definisi aktivitas yang berkaitan dengan kualitas ini mengimplikasikan empat kategori dari biaya kualitas yaitu:
Ada 4 (empat) kategori biaya kualitas, antara lain
biaya-biaya yang terjadi untuk/karena :
1) Preventive Costs
2) Appraisal Costs
3)Internal failure Costs
4)External failure Costs
Internal Failure Cost
Biaya ini timbul karena produk dan jasa tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum produk dan jasa dikirimkan ke pihak luar. Biaya-biaya ini tidak ada jika barang cacat tidak ada..
Contoh: sekrap, kerja ulang, analisis kegagalan, sekrap &  kerja ulang supplies, 100% sorting inspection, kesalahan  proses yang dapat dihindarkan, inspeksi & uji ulang, downgrading.
External failure Cost
Biaya ini timbul karena produk dan jasa gagal memenuhi persyaratan atau memenuhi kebutuhan pelanggan setelah dikirim ke pelanggan. Dari semua biaya, kategori ini merupakan biaya yang paling menghancurkan perusahaan. Seperti halnya biaya gagal internal, biaya ini tidak akan timbul jika tidak ada barang cacat..
Contoh: biaya warranty, penyesuaian terhadap  complaint, material yang dikembalikan, allowances
Appraisal Cost
Biaya ini muncul untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau spesifikasi mereka. Tujuan utama dari fungsi penilaian adalah menghindari dikirimnya barang-barang yang tidak sesuai dengan kualitas kepada para pelanggan.
Contoh: Inspeksi & uji material, inspeksi & uji pada proses, inspeksi &  uji akhir, audit kualitas produk, menjaga akurasi peralatan inspeksi,  evaluasi inventori (cek degradasi).
Preventive  Cost
Biaya ini muncul untuk mencegah terjadinya kualitas buruk dalam produk atau jasa yang dihasilkan. Ketika biaya pencegahan meningkat, maka diharapkan biaya kegagalan akan menurun.(Biaya untuk menjaga failure & appraisal cost minimum).
Contoh: perencanaan kualitas, review produk baru, pengendalian proses (untuk menentukan status proses), audit kualitas, evaluasi kualitas supplier, training
Analisis “Trade-Off”
Banyak keputusan-keputusan manajerial dalam manajemen produksi dan operasi yang harus dibuat berdasarkan suatu konsep ekonomi manajerial lainnya, yaitu analisi “Trade-Off”. Sebagai contoh, masalah-masalah “garis-tunggu” (atau antrian) dalam bagian pemeliharaan fasilitas produksi perusahaan. Bila perusahaan hanya menyediakan fasilitas pemeliharaan yang terbatas, maka banyak mesin yang harus menunggu untuk dilayani. Hal ini akan meningkatkan biaya-biaya akibat tertundanya produksi karena mesin harus menunggu untuk diservis. Tetapi dilain pihak, penyediaan fasilitas pemeliharaan tambahan juga akan mengakibatkan tambahan biaya. Dalam kasus ini, ada “trade-of” antara biaya penambahan fasilitas dan biaya mesin-mesin menunggu.

Merancang Mutu

teori
Perencanaan Mutu
Perencanaan mutu adalah merupakan salah satu kiat bagi perusahaan untuk
memperoleh konsumen dan menjadikannya sebagai pelanggan tetap. Usaha untuk peningkatan mutu tidak terlepas dari perencanaan mutu karena mutu yang baik disebabkan oleh perencanaan mutu yang tepat.
Perencanaan mutu merupakan kegiatan pengembangan produk dan proses yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (Juran,1995). Kegiatan ini berupa
serangkaian langkah-langkah yaitu :
1.      Merumuskan tujuan mutu
2.      Mengidentifikasikan pelanggan (mereka yang terkena dampak upaya  pencapaian tujuan).
3.      Menentukan kebutuhan pelanggan
4.      Mengembangkan keistimewaan produk yang merespon kebutuhan pelanggan.
5.      Mengembangkan proses yang dapat menghasilkan keistimewaan produk tersebut.
6.      Menciptakan pengendalian proses dan menggubah rencana hasil menjadi kekuatan operasi.

BUSINESS PROCCESS REENGINERING

Definisi BPR
Robert Janson dalam Institute of industrial Engineers (1993:49) mendefinisikan reengineering sebagai pembaharuan proses dalam organisasi secara radikal yang banyak digunakan perusahaan untuk memperbaharui komitmen mereka terhadap pelayanan kepada pelanggannya. Fokus utamanya adalah membuat perbaikan disegala bidang dalam pelayanan organisasi, contohnya sumber daya manusia, proses kerja, dan teknologi. Reengineering menolong perusahaan melewati rintangan sistem kerja yang tidak mendukung pencapaian tingkat kepuasaan pelanggan.

Michael Hammer dan James Champy menyatakan bahwa Business Process Reengineering (BPR) adalah:
"Pemikiran dan perancangan ulang suatu sistem bisnis secara mendasar (fundamental) dan radikal untuk mendapatkan perbaikan secara dramatis pada saat kritis, dengan mengukur kinerja saat ini melalui elemen-elemen biaya, kualitas, pelayanan dan kecepatan."
Definisi ini adalah salah satu definisi yang paling sering dipakai dan dapat ditemukan dalam berbagai jurnal dan artikel ilmiah. Dalam definisi dari Michael Hammer diatas, terdapat empat kata kunci yaitu fundamental, radikal, dramatis dan proses (Indrajit,2002:69).

1. Fundamental
Dalam melakukan proses reengineering dua pertanyaan mendasar yang akan ditujukan adalah : Mengapa perusahaan berbuat seperti apa yang perusahaan perbuat? dan Mengapa perusahaan berbuat dengan cara seperti yang perusahaan kerjakan sekarang? Jika pertanyaan fundamental ini diajukan, maka akan memaksa pelaku bisnis untuk menggunakan asumsi dan aturan tak tertulis yang mendasari bisnis mereka, seringkali asumsi atau aturan ini keliru dan tidak tepat.
Pertanyaan yang harus diajukan bukan "Apa yang sudah dikerjakan?", tetapi "Bagaimana seharusnya dikerjakan?". Jawaban atas pertanyaan fundamental akan melahirkan juga sesuatu yang fundamental, yaitu tindakan perubahan yang fundamental.
Reenginering berarti memulai sesuatu dari awal, tanpa asumsi dan pertama menentukan apa yang harus dilakukan oleh perusahaan kemudian bagaimana cara melakukannya.

2. Radikal
Radikal diserap dari bahasa latin "radix" yang berarti akar. Desain radikal dari proses bisnis berarti mendesain ulang sesuatu sampai ke akarnya, tidak memperbaiki prosedur yang sudah ada dan berusaha melakukan optimasi. Menurut Hammer, desain radikal berarti mengabaikan seluruh struktur dan prosedur yang sudah ada dan menemukan cara baru yang benar-benar berbeda dengan sebelumnya dalam menyelesaikan pekerjaan. Reengineering bukan merupakan business improvements, atau business enchacement, atau pun business modification, tetapi mengenai business reinvention.

3. Dramatis
Reengineering bukanlah suatu usaha mencapai perbaikan sedikit demi sedikit dan bertahap yang bersifat marginal atau incremental, tetapi merupakan usaha mencapai lompatan besar dalam perbaikan dan peningkatan performansi perusahaan.
Tiga jenis perusahaan yang memerlukan reengineering adalah sebagai berikut:
a.Perusahaan yang berada dalam kesulitan besar,
b.Perusahaan yang belum mengalami kesulitan, tetapi mengantisipasi akan mengalami kesulitan
c.Perusahaan yang tidak mengalami kesulitan, tetapi justru berada pada puncak kerjanya.

4.Orientasi Proses
Orientasi pada proses merupakan kata kunci terpenting dalam definisi BPR, tetapi merupakan hal yang memberikan kesulitan besar bagi para manajer. Kebanyakan pelaku bisnis tidak berorientasi pada proses, tetapi pada tugas, pekerjaan, orang, dan struktur.

Lima langkah pendekatan BPR.
Terdapat lima langkah pendekatan model Business Process Reengineering menurut Davenport dan Short (1990) yaitu :
1. Mengembangkan visi dan proses tujuan bisnis. BPR yang mempunyai sebuah visi bisnis menunjukkan tujuan-tujuan yang spesifik seperti pengurangan biaya, pengurangan waktu dan peningkatan kualitas output.
2. Melakukan identifikasi terhadap proses bisnis yang akan di desain ulang, pada umumnya perusahaan menggunakan pendekatan yang berfokus pada proses yang paling penting atau yang mempunyai konflik yang paling tinggi dengan visi bisnis. Sedangkan beberapa perusahaan lebih memilih untuk menggunakan pendekatan menyeluruh untuk mengidentifikasi semua proses dalam suatu organisasi dan prioritas dalam urutan redisgn.
3. Memahami ukuran dari proses yang ada untuk menghindari pengulangan kesalahan untuk untuk memberikan dasar dalam perbaikan di masa yang akan dating.
4. Mengidentifikasi tingkat kemampuan IT dalam mempengaruhi BPR.
5. Merancang dan membuat prototype proses yang baru.

3 tahap BPR Lifecycle
Sedangkan menurut Johansson terdapat 3 tahap dalam BPR Life cycle :
1. Discover : yaitu menetapkan visi dan strategi bisnis
2. Redisign : meliputi semua aktivitas dan keahlian yang dibutuhkan
3. Realize : teknik manajemen perubahan, pembentukan BPR team , komunikasi, pengukuran kinerja dan manajemen resistensi.



Kunci Keberhasilan BPR
Beberapa komponen merupakan factor yang sangat kritis terhadap sukses nya BPR. Pertama, pada tahap awal BPR harus diintegrasikan dengan visi perusahaan, ttujuan dan strategi. Proses bisnis baru harus didesain dan konsisten dengan aspek-aspek perubahan. Tidak semua proses didalam organisasi harus didesain ulang. Beberapa proses mungkin memerlukan BPR sedang yang lainnya membutuhkan pendekatan perbaikan incremental seperti TQM. Hal ini merupakan ide yang baik untuk mengklasifikasikan proses dalam dua grup yang pertama terdiri dari proses yang membutuhkan perubahan inovatif sedangkan yang lain hanya membutuhkan perbaikan incremental. Antara proses yang membutuhkan perubahan yang inovatif adalah proses yang menciptakan nilai tambah terbesar untuk konsumen haruslah yang pertama kali didesain ulang.
Kedua komitmen manajemen puncak, dan pengetahuan dari BPR dibutuhkan untuk sukses nya proyek BPR. Komitmen dan sponsorship dibuthkan selama proyek BPR. Manajemen puncak diinformasikan selama proses BPR melalui komunikasi dengan tim perubahan. Ketiga, kelayakan dari BPR harus melaui penelitian “financial capability technological ability, managerial/operational ability” dari organisasi harus dinilai. Perusahaan harus mengevaluasi kapasitas mereka dalam mendukung suskes nya BPR.
Keempat, perubahan organisasi mengakibatkan perubahan budaya organisasi, system nilai, gaya manajemen harus disesuaikan dengan redesain proses. BPR yang sukses membutuhkan restrukturisasi yang lengkap pada penggerak kunci dari perilaku organisasi. Peranan dan tanggung jawab, pengukuran kinerja dan insentif, struktur organisasi, IT, system nilai dan keahlian harus diubah sebagai hasil dari BPR. Kelima, implementasi harus dimulai dari tahap awal dan seluruh organisasi harus terlibat di dalam perubahan proses terutama perencanaa perubahan proses dibutuhkan untuk suksesnya BPR.
Terakhir, BPR harus terintegrasi dengan process-based management tools yang lain seperti TQM, benchmarking, process mapping dan team based operation. Inovasi radikal dan continous improvement dapat dicapai secara stimultan dengan menintegrasukan process-based management diatas.

Metodologi BPR
1)Envision new processes
  • Memastikan dukungan manajemen
  • Mengidentifikasi peluang rekayasa ulang
  • Identifikasi teknologi yang memungkinkan
  • Sejalan dengan strategi organisasi

2) Initiate change
  • Mengatur tim rekayasa ulang
  • Garis tujuan kinerja

3) Process diagnosis
Suatu penilaian hatus dilakukan tentang bagaimana Ti sejalan untuk menciptakan nilai suatu  bisnis
Serta menilai kematangan organisasi TI yang meliputi lima tahapan berikut

high
 
Focus on
 




Setiap tahap pertumbuhan merupakan transformasi dari organisasi IT
Changes in people
Keterampilan dan kompetensi Proses  kerja
Processe
Cara kerja

Steering

Tujuan dan hasil untuk diwujudkan
Attitude

Nilai- nilai dan kepercayaan dan
cara yang berperilaku TI terhadap bisnis dan TI pengguna
Interaction
Tingkat interaksi antara TI dan bisnis dan
stakeholder

4) Process redesign
  • Mengembangkan proses skenario alternatif
  • Mengembangkan desain proses baru
  • Desain arsitektur sumber daya manusia
  • Pilih platform TI
  • Mengembangkan cetak biru secara keseluruhan dan
  • mengumpulkan umpan balik
5) Reconstruction
6) Process monitoring


Kategori BPR
ada 3 tipe re-engineering yang bisa dilakukan:
1. Inovasi. 
Cara ini bisa dianalogikan sebagai "think outside the box". Dimana perusahaan mendefine ulang (baca:me-replace) proses/produk yang baru untuk menggantikan proses/produk lama yang dinilai tidak efektif. 
Metode: six-sigma
Kelebihan: waktu pencapaian target cepat.
Kelemahan: kadang membutuhkan dana investasi yang cukup besar.

2. Improvement 
Cara ini bisa dianalogikan sebagai "think inside the box". Dimana perusahaan menghilangkan pemborosan proses/produk yang dinilai tidak efisien. 
Metode: lean system
Kelebihan: biasanya tidak memerlukan dana investasi yang besar.
Kelemahan: waktu pencapaian target relatif lebih lama.
3. Idea Fusion 
Cara ini bisa dianalogikan sebagai "think inside outside the box". Merupakan gabungan inovasi dan improvement, Dimana perusahaan menghilangkan pemborosan proses/produk yang dinilai tidak efisien sekaligus mendefine ulang (baca:me-replace) proses/produk yang baru untuk menggantikan proses/produk lama yang dinilai tidak efektif. 
Metode: lean sigma
Kelebihan: titik optimum dana investasi dan waktu pencapaian target bisa didefine kecil dan cepat.
Kelemahan: membutuhkan sinergitas yang lebih tinggi

Benchmarking

Definisi Benchmarking

1.   Gregory H. Watson    Bencmarking sebagai pencarian secara berkesinambungan dan penerapan secara nyata praktik-praktik yang lebih baik yang mengarah pada kinerja kompetitif unggul.

2.   David Kearns (CEO dari Xerox)    Benchmarking adalah suatu proses pengukuran terus-menerus atas produk, jasa dan tata cara kita terhadap pesaing kita yang terkuat atau badan usaha lain yang dikenal sebagai yang terbaik

3.   
IBM   Benchmarking merupakan suatu proses terus-menerus untuk menganalisis tata cara terbaik di dunia dengan maksud menciptakan dan mencapai sasaran dan tujuan dengan prestasi dunia

4.   Teddy Pawitra  Bencmarking sebagai suatu proses belajar yang berlangsung secara sisitematis dan terus-menerus dimana setiap bagian dari suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan yang terbaik atau pesaing yang paling unggul

5.   Goetsch dan Davis Benchmarking sebagai proses pembanding dan pengukuran operasi atau proses internal organisasi terhadap mereka yang trbaik dalam kelasnya, baik dari dalam maupun dari luar industri.

Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa benchmarking membutukan kesiapan “Fisik” dan “Mental”. Secara “Fisik” karena dibutuhkan kesiapan sumber daya manusia dan teknologi yang matang untuk melakukan benchmarking secara akurat. Sedangkan secara “Mental” Adalah bahwa pihak manajemen perusahaan harus bersiap diri bila setelah dibandingkan dengan pesaing, ternyata mereka menemukan kesenjangan yang cukup tinggi.

Secara umum manfaat yang diperoleh dari benchmarking dapat dikelompokkan menjadi(Ross, 1994 pp.239-240) :

1.   Perubahan Budaya
Memungkinkan perusahaan untuk menetapkan target kinerja baru yang realisitis berperan meyakinkan setiap orang dalam organisasi akan kredibilitas target

2.   Perbaikan Kinerja
Membantu perusahan mengetahui adanya gap-gap tertentu dalam kinerja dan untuk memilih proses yang akan diperbaiki

3.   Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia 

Memberikan dasar bagi pelatihan Karyawan menyadari adanya gap antara yang mereka kerjakan dengan apa yang dikerjakan karyawan lain diperusahaan lain.Keterlibatan karyawan dalam memecahkan permasalahan sehingga karyawan mengalami peningkatan kemampuan dan keterampilan

EVOLUSI KONSEP BENCHMARKING
Menurut Watson (dalam Widayanto, 1994), konsep benchmarking sebenarnya telah mengalami setidaknya lima generasi, yaitu :

1.   
Reverse Engineering
Dalam tahap ini dilakukan perbandingan karakteistik produk, fungsi produk dan kinerja terhadap produk sejenis dari pesaing.

2.   Competitive Benchmarking
Selain melakukan benchmarking terhadap karakteristik produk, juga melakukan benchmarking terhadap proses yang memungkinkan produk yang dihasilkan adalah produk unggul

3.   Process Benchmarking
Memiliki lingkup yang lebih luas dengan anggapan dasar bahwa beberap proses bisnis perusahaan terkemuka yang sukses memiliki kemiripan dengan perusahaan yang akan melakukan benchmarking

4.   Strategic Benchmarking
Merupakan suatu proses yang sistematis untuk mengevaluasi alternatif, implementasi strategi bisnis dan memperbaiki kinerja dengan memahami dan mengadaptasi strategi yang telah berhasil dilakukan oleh mitra eksternal yang telah berpartisipasi dalam aliansi bisnis Membahas tentang hal-hal yang berkitan dengan arah strategis jangka panjang

5.   Global Benchmarking
Mencakup semua generasi yang sebelumnya dengan tambahan bahwa cakupan geografisnya sudah mengglobal dengan membandingkan terhadap mitra global maupun pesaing global.

JENIS – JENIS BENCHMARKING
  • Benchmarking Internal
Pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan operasi suatu bagian dengan bagian internal lainnya dalam suatu organisasi
  • Benchmarking kompetitif
Pedekatan ini dilakukan dengan mengadakan perbandingan dengan berbagai pesaing
  • Benchmarking Fungsional
Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan perbandingan fungsi atau proses dari perusahaan-perusahaan yang berada di berbagai industri
  • Benchmarking Generik
Melakukan perbandingan dengan proses bisnis fundamental yang cenderung sama di setiap industri.

BENCHMARKING SEBAGAI INSTRUMEN PERBAIKAN  PENCARIAN INFORMASI
·        Identifikasi proses dan pemanufakturan serta operasi lainnya di dalam perusahaan yang membutuhkan perbaikanq
·        Mencari perusahaan lain yang sukses dalam melakukan aktivitas dan proses operasinya

Empat cara yang digunakan dalam melakukan benchmarking, adalah
1.   Riset in-house
Melakukan penilaian terhadap informasi dalam perusahaan sendiri maupun informasi yang ada di public
2.   Riset Pihak Ketiga
Membiayai kegiatan benchmarking yang akan dilakukan oleh perusahaan surveyor 
3.   Pertukaran Langsung
Pertukaran informasi secara langsung dapat dilakukan melalui kuesioner, survei melalui telepon, dll
4.   Kunjungan Langsung
Melakukan kunjungan ke lokasi mitra benchmarking (cara ini dianggap yang paling efektif )
Proses Benchmarking terdiri atas lima tahap yaitu (1) Keputusan mengenai apa yang akan di benchmarking; (2) Identifikasi mitra benchmarking; (3)Pengumpulan informasi; (4) Analisis; dan (5) Implementasi (Karlof dan Ostblom, 1993, pp80-83).

Proses benchmarking memiliki beberapa metode. Salah satu metode yang paling terkenal dan banyak diadopsi oleh organisasi adalah metode 12, yang diperkenalkan oleh Robert Camp, dalam bukunya  The search for industry best practices that lead to superior performance.
Productivity Press .1989. 


Langkah metode 12 terlalu luas untuk dijabarkan. Agar mudah, metode 12 tersebut bisa diringkas menjadi 6 bagian utama yakni : 
Identifikasi problem apa yang hendak dijadikan subyek.
Bisa berupa proses, fungsi, output dsb.
Identifikasi industri/organisasi/lembaga yang memiliki aktifitas/usaha serupa. Sebagai contoh, jika anda menginginkan mengendalikan turnover karyawan sukarela di perusahaan, carilah perusahaan-perusahaan sejenis yang memiliki informasi turnover karyawan sukarela.
Identifikasi industri yang menjadi pemimpin/leader di bidang usaha serupa. Anda bisa melihat didalam asosiasi industri, survey, customer, majalah finansial yang mana industri yang menjadi top leader di bidang sejenis.
Lakukan survey pada industri untuk pengukuran dan praktek yang dilakukan.Anda bisa menggunakan survey kuantitatif atau kualitatif untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan sesuai problem yang diidentifikasi di langkah awal.
Kunjungi ’ best practice’ perusahaan untuk mengidentifikasi area kunci praktek usaha. Beberapa perusahaan biasanya rela bertukar informasi dalam suatu konsorsium dan membagi hasilnya didalam konsorsium tersebut.
Implementasikan praktek bisnis yang baru dan sudah diperbaiki prosesnya. Setelah mendapatkan best practice perusahaan, dan mendapatkan metode/teknik cara pengelolaannya, lakukan proyek peningkatan kinerja dan laksanakan program aksi untuk implementasinya.
 Sumber :
http://ilmusdm.wordpress.com/2008/02/06/mengenal-konsep-benchmarking/

Quality Improvement

Konsep
Definisi peningkatan mutu 
Proses peningkatan mutu ( Quality Improvement )adalah mengidentifikasi indikator mutu dalam pelayanan, memonitor indikator tersebut dan mengukur hasil dari indikator mutu tersebut yang tentunya mengarah pada outcome, serta selalu berfokus dalam rangka peningkatan proses, sehinga tingkat mutu dari hasil yang dicapai akan meningkat. Tentunya upayapeningkatan mutu ( Quality Improvement ) dilakukan dengan terlebih dahulu diawali dari jaminan mutu (quality assurance), kemudian mengarah pada peningkatan mutu yang proaktif.  Hal penting yang menjadi sebuah catatan adalah mutu yang rendah masih dapat kita tingkatkan bila kita berkehendak untuk melakukannya dengan melakukan peningkatan mutu ( quality improvement ). 
Metode peningkatan Kualitas
Ada banyak metode untuk peningkatan kualitas. Produk ini meliputi perbaikan, proses perbaikan dan perbaikan kemampuan karyawan.  berikut daftar metode manajemen mutu dan teknik yang menggabungkan dan mendorong peningkatan kualitas:
1.    ISO 9004 : 2008 - pedoman bagi perbaikan kinerja.
2.    ISO 15504 -4: 2005 - teknologi informasi - proses penilaian - Bagian 4: Pedoman digunakan untuk perbaikan proses dan kemampuan proses penentuan.
3.    QFD - kualitas fungsi penyebaran, juga dikenal sebagai rumah pendekatan kualitas.
4.    Kaizen , Jepang untuk berubah menjadi lebih baik, istilah bahasa Inggris umum adalah perbaikan yang terus menerus.
5.    Zero Defect Program - diciptakan oleh NEC Corporation Jepang, berdasarkan pengendalian proses statistik dan salah satu masukan bagi penemu Six Sigma.
6.    Six Sigma - 6σ, menggabungkan metode Six Sigma dibentuk seperti pengendalian proses statistik, desain eksperimen dan modus kegagalan dan analisis efek (FMEA) dalam suatu kerangka menyeluruh.
7.    PDCA - plan, do, check, bertindak siklus untuk tujuan kontrol kualitas. (Six Sigma DMAIC metode (mendefinisikan, mengukur, menganalisa, memperbaiki, kontrol) dapat dilihat sebagai implementasi tertentu ini.)
8.    Kualitas lingkaran - kelompok (orang berorientasi) pendekatan untuk perbaikan.
9.    Taguchi metode - metode berorientasi statistik termasuk ketahanan kualitas, fungsi kerugian kualitas, dan spesifikasi sasaran.
10. Toyota Production System - ulang di barat ke lean manufacturing .
11. Kansei Engineering - suatu pendekatan yang berfokus pada menangkap emosional umpan balik pelanggan tentang produk untuk mendorong perbaikan.
12. TQM - manajemen kualitas total adalah strategi manajemen yang ditujukan menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses organisasi. Pertama dipromosikan di Jepang dengan hadiah Deming yang diadopsi dan diadaptasi di Amerika Serikat sebagaiBaldrige Nasional Quality Award Malcolm dan di Eropa sebagai Yayasan Eropa untuk Manajemen Mutu penghargaan (masing-masing dengan variasi mereka sendiri).
13. TRIZ - yang berarti "teori pemecahan masalah inventif"
14. BPR - rekayasa ulang proses bisnis , pendekatan manajemen yang bertujuan perbaikan 'sabak bersih' di (Artinya, mengabaikan praktek-praktek yang ada).
15. OQM - berorientasi objek Manajemen Mutu, model untuk manajemen mutu. [

Para pendukung masing-masing pendekatan telah berusaha untuk memperbaiki mereka serta menerapkan mereka untuk keuntungan kecil, menengah dan besar. satu yang sederhana adalah
Pendekatan Proses, yang merupakan dasar standar ISO 9001:2008 Sistem Manajemen Mutu, yang didorong dari 'Delapan prinsip managagement Kualitas', proses pendekatan menjadi salah satu dari mereka.Thareja  menulis tentang dan manfaat mekanisme: "Proses (kemampuan) mungkin terbatas dalam kata-kata, tetapi tidak dalam penerapannya:. Sementara itu memenuhi kriteria serba keuntungan dalam hal kompetensi ditambah dengan peserta; organisasi menginginkan arah baru untuk keberhasilan bisnis, brand image individu baik orang dan organisasi, pada gilirannya, akan naik. Kompetensi-kompetensi yang sampai sekarang dinilai sebagai yang lebih kecil, lebih baik diakui dan sekarang diakui menjadi lebih kuat dan berbuah ". Kompleks Kualitas alat perbaikan lebih disesuaikan untuk jenis perusahaan awalnya tidak ditargetkan. Misalnya, Six Sigma dirancang untuk manufaktur, tetapi telah menyebar ke layanan perusahaan. Masing-masing pendekatan dan metode telah bertemu dengan sukses tetapi juga dengan kegagalan.
Beberapa differentiators umum antara keberhasilan dan kegagalan yang meliputi komitmen, pengetahuan dan keahlian untuk membimbing perbaikan, ruang lingkup perubahan / perbaikan yang diinginkan (Big Bang perubahan jenis cenderung gagal lebih sering dibandingkan dengan perubahan yang lebih kecil) dan adaptasi dengan budaya perusahaan. Sebagai contoh, lingkaran kualitas tidak bekerja dengan baik di setiap perusahaan (dan bahkan dianjurkan oleh beberapa manajer), dan perusahaan-perusahaan yang berpartisipasi TQM-relatif sedikit telah memenangkan penghargaan kualitas nasional.
Ada juga dipublikasikan kegagalan BPR, serta Six Sigma. Oleh karena itu perusahaan perlu memperhitungkan dengan cermat mana kualitas metode perbaikan untuk mengadopsi, dan tentu saja tidak seharusnya mengadopsi semua yang tercantum di sini.
Hal ini penting untuk tidak meremehkan faktor manusia, seperti budaya, dalam memilih pendekatan peningkatan kualitas. Setiap perbaikan (perubahan) membutuhkan waktu untuk melaksanakan, penerimaan keuntungan dan menstabilkan sebagai praktek diterima.Peningkatan harus memungkinkan jeda antara menerapkan perubahan baru sehingga perubahan yang stabil dan dinilai sebagai peningkatan yang nyata, sebelum perbaikan selanjutnya dibuat (sehingga perbaikan berkesinambungan, bukan perbaikan terus-menerus).
Perbaikan bahwa perubahan budaya memakan waktu lebih lama karena mereka harus mengatasi hambatan yang lebih besar untuk perubahan. Hal ini mudah dan sering lebih efektif untuk bekerja dalam batas-batas budaya yang ada dan melakukan perbaikan kecil (yaituKaizen) daripada membuat perubahan transformasional besar. Penggunaan Kaizen di Jepang merupakan alasan utama untuk menciptakan kekuatan industri dan ekonomi Jepang.
Di sisi lain, perubahan transformasional bekerja paling baik bila perusahaan menghadapi krisis dan perlu untuk membuat perubahan besar untuk bertahan hidup. Di Jepang, tanah Kaizen, Carlos Ghosn memimpin perubahan transformasional di Nissan Motor Company yang berada dalam krisis keuangan dan operasional. Terorganisasi dengan baik program peningkatan kualitas mengambil semua faktor-faktor ini ketika memilih metode peningkatan kualitas.

7 alat  Peningkatan Kualitas
Manajemen Kualitas seringkali disebut sebagai the problem solving, sehingga manajemen kualitas dapat menggunakan metodologi dalam problem solving tersebut untuk meengadakan perbaikan (Ridman dan Zachary, 1993). Ada berbagai alat untuk melakukan peningkatan kualitas yang dapat digunakan dalam organisasi, antara lain:
  • Flow Charts
menggambarkan urutan kegiatan secara grafis dalam menyelesaikan tugas. Dan harus mencerminkan proses sebenarnya bukan apa yang pemilik proses ingin hal itu terjadi. Dengan menghasilkan flow chart, pemilik proses dapat memahami proses dan hubungan kerja antara orang-orang dan organisasi akan diperjelas. Selanjutnya, diagram alir akan menunjukkan upaya digandakan dan nilai tambah lainnya. Jadi pemilik proses dapat mengidentifikasi langkah-langkah target tertentu dalam rangka perbaikan terus menerus.
  • Cause and Effect Diagrams
Diagram ini menunjukkan pemahaman tentang tim pemecahan Masalah dan menghasilkan penemuan secara aktif tentang penyebab masalah, serta memberi petunjuk untuk pengumpulan datanya
  • Check Sheets
Tujuan pembuatan lembar pengecekan adalah menjamin bahwa data dikumpulkan secara teliti dan akurat oleh karyawan operasional untuk diadakan pengendalian proses dan penyelesaian masalah. Data dalam lembar pengecekan tersebut nantinya akan digunakan dan dianalisis secara cepat dan mudah.
  • Histograms
Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil. Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan, histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka‑angka nominal, misalnya rata‑rata. Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap‑tiap kelas
  • Pareto Diagrams
Diagram Pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).
Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk mem­bandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses
  • Scatter Diagrams
Scatter diagram merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan hubungan antara sebab dan akibat dari dua variabel.
Langkah­langkah penyusunan:
Data dikumpulkan dalam bentuk pasangan titik (x, y). Dari titik‑titik tersebut dapat diketahui hubungan antara variabel x dan variabel y, apakah terjadi hubungan positif atau negatif.
  • Control Charts
grafik kontrol diciptakan oleh Walter A. Shewhart di tahun 1920. Alat-alat ini terdiri dari kualitas grafik garis dilengkapi dengan batas maksimum dan batas minimum yang menyediakan area kontrol. Batas maksimum sering disebut kontrol batas atas dan batas minimum sering disebut batas kendali bawah, sedangkan garis tengah menunjukkan perkiraan proses mean. Karena nilai tersebut berada dalam area kontrol, proses dapat dinyatakan sebagai proses terkendali. Nilai di luar wilayah kontrol menunjukkan bahwa proses ini tidak lagi stabil karena variasi beberapa penyebab. Dengan demikian, proses ini membutuhkan tindakan korektif yang tepat untuk menghilangkan sumber-sumber variasi.
grafik Control juga menunjukkan proses perubahan dari waktu ke waktu. Jika perubahan itu baik, penyebabnya harus diidentifikasi dan mungkin menjadi proses yang baru. Sebaliknya jika perubahan itu buruk, penyebabnya harus diidentifikasi dan kemudian dihilangkan.
analisis
Pelaksanaan quality improvement dilakukan dengan mengaplikasikan Program Kaizen Teian, yang tidak hanya berguna bagi perusahaan Manufacture saja, tetapi sudah dirasakan manfaatnya di banyak perusahaan non manufacture. Contohnya banyak diaplikasikan di perusahaan jepang seperti di Toyota Astra.  Kaizen merupakan Quality improvement method yang dalam implementasinya tentunya sangat berbeda tergantung jenis industrinya. Biasanya hal ini banyak dilaksanakan secara internal antar department di suatu company bahkan dilombakan setiap tahunnya utk memotivasi semangat improvement tsb.
Ada 5 elements yang diukur di dalam program Kaizen Teian :
1.
Teamwork
2. Personal discipline
3. Improved morale
4. Quality circles
5. Suggestion for improvement.
Tujuan dari pada program ini adalah untuk menggugah karyawan untuk secara aktif memberikan usulan-usulan kepada management untuk "meningkatkan mutu = improve" bukan "memperbaiki = repair/maintenance" hal-hal yang dianggap :
- kurang baik (quality)
- menghambat kelancaran kerja (delivery, man power consumption)
- mengandung potensi bahaya (safety)
- tidak ekonomis (cost)
Bagaimana caranya ?
Mirip dengan aktivitas QCC / GKM (Gugus Kendali Mutu), tetapi kalau GKM bersifat "group" dan harus mengikuti kaidah2 yang ketat (seperti 7 step / 7 tool), maka "Kaizen Teian" ini kira2 bisa diartikan sebagai "Simple QCC", yaitu :
- Bersifat individu
- Tidak harus pakai kaidah yang ketat.
Tool-nya ?
Management menyiapkan sistem berupa prosedur pengajuan usul – tanggapan management, dan kriteria pemberian "reward" atas setiap usulan dengan memberikan nilai. Misalnya :
-         Untuk usulan yang tidak bisa diimplementasikan atau sangat simple -> Nilai D -> mendapat reward Rp. X.XXX,-
-         Untuk usulan yang diimplementasikan dengan nilai tertentu -> dapat nilai dari C, B, sampai A. dengan reward yang berbeda.
-         Untuk nilai yang tertinggi "A"adalah Extraordinary, dan reward bisa ditambah "Piagam" yang disampaikan langsung oleh Top Management misal Factory Manger / Director.
Besarnya pembobotan nilai ditinjau dari impact terhadap setiap sisi di atas (Quality, Cost, Safety, dll.) dan dijumlahkan. Sedangkan banyaknya usulan dari tiap orang harus direcord dan akan menjadi salah satu item penilaian pada saan Performance Appraisal tahunan.
Kuncinya agar program jalan terus ?
Pada awal2, mungkin karyawan akan banyak memberikan usulan, karena ada kesempatan mendapatkan tambahan pendapatan. (tapi dari sisi management juga jangan terlalu ketat dulu dalam memberikan penilaian). Tapi, sebenarnya karyawan akan lebih tergugah kalau usulan dia mendapat tanggapan dari management, baik diimplementasikan maupun tidak. Jika management lambat memberikan tanggapan maka lama-kelamaan mereka akan malas juga memberikan usulan-usulan. Kalau sudah begitu, karyawan tidak tertarik lagi dengan nilai financial dari tiap usulan. Mungkin mereka akan masih memberikan usulan, hanya sekedar memenuhi target tahunan agar tidak jelek pada saat PA.
Dari sisi management, memberikan tanggapan atas setiap lembar usulan adalah tambahan pekerjaan yang membutuhkan:
- Waktu untuk mengerjakannya
- Kompetensi untuk mempertimbangkan dan memutuskan apakah usulan tersebut akan diterapkan atau tidak.
- Kemauan untuk menggali lebih dalam usulan tersebut, termasuk mendiskusikannya dengan bawahan, rekan, atasan, dan seksi terkait.
- Kalau diimplementasikan, menindaklanjutinya dengan membuat design (kalau terkait modifikasi alat), SOP (jika prosedur kerja), dll.
Jadi, keterlambatan dalam memberikan tanggapan adalah sangat mungkin terjadi. Jadi, di sini butuh reinforcement ke Staf2 untuk selalu proaktif, jangan ditumpuk di laci. Misalnya, jika akan diimplementasikan, untuk mengurangi pekerjaan Staff, kita bisa meminta pengusul untuk melengkapi usulannya dengan design atau SOP yang lebih detil, dan kita bisa naikkan nilainya, dsb.


Sumber
202.91.15.14/upload/files/646_kuliah_1-3_bag2.pp
http://en.wikipedia.org/wiki/Quality_improvement